Profil Desa Gununglurah
Ketahui informasi secara rinci Desa Gununglurah mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Gununglurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Menjelajahi kehidupan masyarakat di salah satu desa tertinggi di lereng Gunung Slamet, dengan potensi kopi robusta, peternakan sapi perah, dan kisah resiliensi menghadapi tantangan isolasi geografis.
-
Pusat Agribisnis Dataran Tinggi
Ekonomi Desa Gununglurah bertumpu pada komoditas yang cocok dengan iklim sejuk pegunungan, terutama sebagai penghasil kopi robusta berkualitas dan sentra peternakan sapi perah.
-
Kehidupan di Tengah Hutan Lindung
Lanskap dan kehidupan masyarakat desa ini sangat dipengaruhi oleh lokasinya yang dikelilingi oleh hutan pinus milik negara, yang menawarkan potensi ekowisata sekaligus tantangan konservasi.
-
Resiliensi Menghadapi Isolasi Geografis
Sebagai salah satu desa tertinggi dan paling terpencil di wilayahnya, masyarakat Gununglurah menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam menghadapi tantangan infrastruktur dan aksesibilitas.

Di titik tertinggi Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, terhampar sebuah desa yang hidup selaras dengan irama alam pegunungan. Desa Gununglurah, sesuai dengan namanya, merupakan sebuah pemukiman di dataran tinggi yang diselimuti udara sejuk, kabut pagi dan panorama hutan pinus yang membentang luas. Kehidupan di sini menuntut ketangguhan, namun juga memberikan berkah dalam bentuk hasil bumi khas dataran tinggi yang bernilai tinggi.
Desa Gununglurah ialah potret tentang resiliensi masyarakat yang hidup di garda terdepan lereng Gunung Slamet. Jauh dari hiruk pikuk pusat ekonomi, mereka membangun kemandirian melalui budidaya kopi robusta yang khas, peternakan sapi perah yang produktif, dan kearifan dalam hidup berdampingan dengan hutan. Kisah Gununglurah bukan hanya tentang produk unggulan, melainkan tentang semangat dan daya juang komunitas dalam mengubah tantangan isolasi menjadi sebuah keunggulan.
Geografi di Puncak Cilongok dan Demografi Masyarakat Tangguh
Desa Gununglurah secara administratif merupakan salah satu desa paling unik di Kecamatan Cilongok karena lokasinya yang paling tinggi dan berbatasan langsung dengan kawasan hutan negara yang dikelola oleh Perhutani. Posisi ini menjadikan desa sebagai `beranda` terakhir sebelum memasuki belantara lereng Gunung Slamet.
Desa ini memiliki luas wilayah yang sangat signifikan, yaitu sekitar 11,01 kilometer persegi (1.101 hektar), sebagian besarnya merupakan kawasan hutan. Menurut data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Gununglurah dihuni oleh 6.225 jiwa. Dengan wilayah yang begitu luas, tingkat kepadatan penduduknya tergolong sangat rendah, yakni sekitar 565 jiwa per kilometer persegi. Hal ini mencerminkan pola pemukiman yang tersebar dan didominasi oleh lahan pertanian, perkebunan, dan hutan, bukan pemukiman padat.
Sejarah dalam Nama: `Gunung` dan `Lurah`
Nama "Gununglurah" secara etimologis sangat kuat menggambarkan kondisi geografis dan mungkin status historisnya. Nama ini terdiri dari dua kata: Gunung yang jelas merujuk pada lokasinya di pegunungan, dan Lurah. Kata `Lurah` dalam konteks ini bisa memiliki dua makna: lembah di antara gunung-gunung, atau bisa juga berarti "pemimpin" atau "kepala," yang menyiratkan bahwa desa ini pada masa lalu mungkin dianggap sebagai desa utama atau `induk` bagi dusun-dusun terpencil di sekitarnya. Apapun interpretasinya, nama ini menegaskan identitasnya sebagai komunitas pegunungan yang utama.
Kopi Robusta: `Emas Hitam` dari Lereng Slamet
Iklim mikro di ketinggian Gununglurah sangat ideal untuk budidaya kopi, khususnya varietas robusta. Kopi telah menjadi salah satu komoditas andalan yang menopang perekonomian banyak keluarga di desa ini.
Karakter Kopi Ketinggian
Kopi robusta yang ditanam di Gununglurah memiliki karakter yang kuat. Ditanam di tanah vulkanik yang subur dan di bawah naungan pohon-pohon hutan, biji kopi yang dihasilkan cenderung memiliki body yang tebal dan cita rasa yang khas. Para petani kopi di sini tergabung dalam kelompok-kelompok tani yang menjadi wadah untuk belajar teknik budidaya yang baik dan proses pascapanen yang benar untuk menjaga kualitas.
Dari Kebun ke Pasar
Proses pengolahan kopi di tingkat petani umumnya masih sederhana, meliputi pemetikan, penjemuran, hingga penggilingan menjadi biji kopi kering (green bean). Sebagian petani menjual hasil panennya kepada tengkulak, namun seiring meningkatnya kesadaran akan nilai tambah, sebagian mulai mencoba mengolahnya lebih lanjut menjadi kopi sangrai (roasted beans) atau kopi bubuk dengan merek lokal.
Peternakan Sapi Perah: Nadi Ekonomi di Udara Sejuk
Selain kopi, pilar ekonomi penting lainnya ialah peternakan sapi perah. Udara yang sejuk dan ketersediaan pakan hijauan yang melimpah dari hutan dan ladang membuat Gununglurah menjadi lokasi yang sangat cocok untuk budidaya sapi perah.
Hampir setiap pagi dan sore, para peternak disibukkan dengan aktivitas memerah susu. Susu segar yang dihasilkan kemudian dikumpulkan oleh koperasi atau pengepul untuk dibawa ke industri pengolahan susu (IPS) di kota atau dijual langsung sebagai susu murni kepada konsumen di desa-desa bawah. Beternak sapi perah memberikan sumber pendapatan harian yang stabil bagi para peternak, menjadi penopang ekonomi keluarga yang sangat diandalkan.
Hidup Berdampingan dengan Hutan Pinus
Lanskap Desa Gununglurah tidak dapat dipisahkan dari hamparan hutan pinus yang mengelilinginya. Hutan ini bukan hanya menjadi latar pemandangan, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari ekosistem sosial dan ekonomi desa. Masyarakat lokal, melalui Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), seringkali bermitra dengan Perhutani dalam pengelolaan hutan.
Kemitraan ini memungkinkan warga untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu, seperti menyadap getah pinus, yang menjadi sumber pendapatan tambahan. Selain itu, keindahan hutan pinus ini menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata, seperti area perkemahan, jalur pendakian ringan, atau agrowisata kopi.
Mengatasi Isolasi: Tantangan Infrastruktur dan Aksesibilitas
Anugerah berupa lokasi di dataran tinggi datang dengan tantangan yang sepadan. Isu utama yang dihadapi Desa Gununglurah ialah isolasi geografis yang disebabkan oleh kondisi infrastruktur.
- Akses Jalan yang SulitJalan menuju desa yang menanjak dan seringkali rusak menjadi kendala utama. Saat musim hujan, risiko tanah longsor dapat memutus akses transportasi sepenuhnya, menghambat distribusi hasil bumi seperti susu segar dan kopi.
- Kesenjangan Akses LayananJarak yang jauh ke pusat kecamatan dan kabupaten membuat akses terhadap layanan kesehatan yang lebih canggih, pendidikan tinggi, dan fasilitas penting lainnya menjadi lebih sulit dan mahal bagi warga.
- Konektivitas DigitalSinyal telekomunikasi dan internet yang belum stabil juga menjadi tantangan di era digital, sedikit menghambat potensi pemasaran produk secara online.
Meskipun demikian, tantangan ini telah menempa masyarakat Gununglurah menjadi komunitas yang tangguh, mandiri, dan memiliki solidaritas sosial yang tinggi. Mereka terbiasa bekerja sama untuk mengatasi kesulitan, seperti melalui gotong royong memperbaiki jalan atau saling membantu saat ada warga yang membutuhkan pertolongan darurat.
Desa Gununglurah merupakan perwujudan dari kehidupan di puncak. Masyarakatnya telah berhasil membuktikan bahwa keterbatasan akses dapat diatasi dengan optimalisasi potensi lokal yang unik. Di antara aroma kopi, kesegaran susu murni, dan semilir angin pegunungan, desa ini menawarkan kisah inspiratif tentang ketangguhan manusia dalam menyatu dengan alam, mengubah tantangan ketinggian menjadi sumber kehidupan yang berharga.